Malaysia, I'm Coming!

Di tulisan ini, saya ingin membahas tentang sebuah konferensi yang saya ikuti di tahun 2018 silam. Pengalaman ini juga sekaligus menjadi pengalaman yang cukup berkesan bagi saya ketika mengakhiri tahun tersebut. Bagaimana tidak, konferensi yang diadakan di negara tetangga kita itu adalah jembatan pertama bagi saya untuk menjejaki dunia luar.


Oke. Pertama kali terbesit keinginan untuk ikut konferensi ini dari kesedihan. Yah. Pada hari itu, saya sedang menjalani hari yang cukup tidak menyenangkan. Saya kemudian pergi sendiri ke sebuah pantai, sebab sedang tidak ingin terkukung dalam rumah. Waktu itu sedang musim liburan. Jadilah saya berada di Lombok. Dari kesedihan tadi, saya melampiaskannya ke lapang samudera dan deru hantaman angin laut yang cukup bisa menampar saya dari semua imaji pun kenyataan yang kurang menyenangkan.

Singkat cerita, terbesitlah ide dari sana. Saya kemudian melanjutkan penelitian dari ide tersebut bersama partner saya, Eky. Well, kami sering bekerja sama dalam setiap event, khususnya dalam berkompetisi. Kami bergabung dalam BSO Language Debate Society yang ada di fakultas kami. Jadilah kami selalu satu grup dalam berbagai event dan perlombaan.

Jadi, satu bulan sebelum keberangkatan, saya menuliskan tekad saya dalam memo HP. Sebagai pembuktian diri, juga sebagai penyemangat saya. Kepribadian saya yang kerap kali rendah diri dan terkadang berpikiran negatif terhadap sekitar menjadi pendorong utama saya dalam menyelesaikan penelitian yang sedang kami lakukan. Juga dalam menyelesaikan semua persyaratan keberangkatan yang butuh tenaga, waktu, biaya, dan kesabaran yang besar.

Waktu pun berlalu. Tibalah saat keberangkatan kami. Hal yang membahagiakan adalah, kami bertemu dengan kakak-kakak hebat yang satu universitas dengan kami. Bahkan, dua di antaranya satu fakultas. Ada Mbak Ayum dan Mas Diki yang berasal dari fakultas yang sama dengan saya, juga Mbak Diya, yang berasal dari Fakultas Ekonomi.

Kami berlima akhirnya berangkat. Para traveler nekat yang berkelana di negeri orang tanpa guide. Maka, benar saja, mulai dari keberangkatan di bandara, sampai tibanya kami semua di Malaysia, kami terkatung. Apalagi saat itu hujan deras.

Turun dari Bis yang mengantar kami dari KLIA 2, hingga ke terminal tujuan, kami ngemper. Kasihan, kami yang tak tahu arah jalan pulang ini. Ditambah lagi, saat itu hujan mulai turun. Kami berjalan dan berlari-lagi seraya menenteng koper tersebut. Untung saja kami cepat menemukan grab, dan sampai di tempat penginapan.


Malam pertama di Malaysia, kami pergi ke jalan Alor, Alor Street. Tempat ini membuat saya cukup terkesan. Jajaran makanan yang ada membuat perut kami berbunyi. Tapi, satu hal yang perlu kami perhatikan adalah kehalalan makanan. Banyak toko-toko dan makanan yang ada merupakan makanan yang masih diragukan. Hal ini tentu saja bisa terjadi, mengingat Malaysia juga merupakan negara yang banyak digemari warga negara lain untuk menetap, pun berekreasi. Mulai dari etnis China, India, Pakistan, juga Indonesia.


Maka akhirnya, kami menyantap Nasi Lemak. Makanan khas asal Negeri Melayu. Ekspektasi pertama kami tentang nasi lemak yang mewah ternyata hancur. Tapi, kesederhanaan nasi lemak tersebut ternyata mengandung rasa yang cukup mengesankan dan hingga kini membawa rindu. Dan di tempat kami makan itulah, konferensi kecil-kecilan di antara kami berlima dimulai.

Hari kedua, hal yang menjadi tujuan kami diselenggarakan. Kami akan menghadiri International Conference yang diadakan di IIUM, International Islamic University Malaysia. Kesan pertama saya melihat kampus ini adalah WOW. Kampus yang bernuansa Turki tersebut sangat sejuk, karena tempatnya yang berada di daerah perbukitan. Luas kampus tidak terhitung lagi. Mengelilingi seluk-beluk kampus tersebut tentunya akan menghabiskan waktu berjam-jam dan bisa membuat berat badan kalian turun! 

Di IIUM, konferensi yang diselenggarakan oleh PPI Malaysia itu berlangsung satu hari penuh. Rangkaian acara mulai dari opening ceremony, seminal, presentasi karya, diskusi panel, hingga penutupan. Materi yang disajikan dan menjadi tema dalam konferensi tersebut cukup menarik dan kekinian, yakni Industrial Revolution 4.0. 


Salah satu hal yang kami syukuri saat berada di kampus ini, adalah dengan kehadiran Mbak Salma. Mbak cantik ini sedang mengikuti student exchange di IIUM. Jadilah Mbak Salma yang membantu kami di IIUM, juga sisa-sisa hari kami di Malaysia. 

Malam harinya, sepulang dari konferensi yang cukup menguras tenaga dan pikiran, kami bertiga pun memanjakan diri untuk menonton film di Berjaya Town Square. Sebuah Mall yang terletak cukup dekat dengan tempat penginapan kami. Saat itu, kami lari-lari di mall untuk mengejar jadwal tayang filmnya!


Sehabis menonton film, kami terjaga hingga jam 12 malam. Kami berkelana mencari makanan untuk mengganjal perut yang lapar. Mencari restoran halal di sekitar penginapan kami tidaklah mudah. Sebab, penginapan kami bertetangga dengan banyak restoran cina, yang masih kami ragukan kehalalannya. Jadilah kami jalan-jalan mencari makan malam itu. Hingga di ujung jalan, kami berhasil menemukan restoran halal Arab. Menu? Jangan di tanya lagi. Kami semua memesan Nasi Lemak! Hehe

Hari ketiga, kami menghabiskan waktu untuk menjelajahi tempat-tempat yang wajib di kunjungi di Malaysia. Kami berkelana ke Kuala Lumpur Central Park, berfoto di bawah Twin Tower; iconic Malaysia sebagai negara seribu menara; Dataran Merdeka, dan ke Central Market. Tempat yang menarik hati saya adalah Dataran Merdeka. Di tempat ini, bangunan khas yang bernuansa Islam terasa kental sekali. Masjid Sultan Jamek tersebut memiliki desain kuno yang indah. Kebersihan dan luas bangunan menjadi daya tarik tersendiri bagi saya, juga wisatawan lain.



Sepulang dari berkeliling di tempat-tempat terkenal di Malaysia, kami pun langsung menuju Bandara. Kami merencanakan kepulangan kami esok paginya. Maka, malam itu, kami menginap di bandara. Di bandara, kami ngemper lagi! Kenangan yang susah dilupakan. Duduk terdampar di samping timbangan koper. Kami menimbang koper kami supaya sesuai standar untuk bisa dibawa pulang ke Indonesia. Saling menukar barang, titip ini, titip itu, buang ini, buang itu, adalah hal yang bisa kami lakukan untuk mengurangi berat koper kami yang berlebih! 

Menjelang tengah malam, kami kelaparan. Kami pun mencari makan. Dan, jangan ditanyakan lagi, malam itu, kami makan Nasi Lemak, lagi!.

Sebelum kepulangan, kami menyiapkan sedikit kejutan buat Mas Diki. Ia menambah umur sudah seminggu lalu. Tapi jahilnya, kami pun memberinya kejutan. Kehilangan Paspor. Paspor partnerku menjadi sasaran kehilangan tersebut, yang kami tuduh Mas Diki yang menghilangkannya. Jadilah ia terjaga sepanjang malam. Bahkan di paginya, Ia menyerah untuk pulang ke Indonesia!

Surprise berhasil!

Paginya, akhirnya kami pulang ke Indonesia. Di pesawat, kami semua lemas tertidur. Lelah. Tapi sangat menyenangkan. Kami sampai di Surabaya Senin siang. Kuliah? Wes pasti bolos, hehe.



So, Terima kasih banyak untuk semua kenangan yang pernah terjadi sepanjang 2018 hidup saya. Akhirnya, selalu akan ada hikmah di balik setiap proses dan kejadian. Mari belajar dari pengalaman. Berjuanglah, dan nikmati prosesnya.

Selamat menyambut 2019.
Selamat melukis kenangan baru.
Selamat Berproses!

Komentar

  1. Keren mba ajeng, lanjut trus prestasinya yah!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh makasih banyakk ^^ Ayoo sampeyan semangat jugaa 💪💪

      Hapus

Posting Komentar